Kisah Seorang Pencuri


Penulis: Donghwa Kim.

Seorang pencuri sedang diinterogasi di kantor polisi.

Polisi: Tadi malam, kau masuk ke dalam sebuah rumah di pinggir kota, dan ketika hendak kabur kau tertangkap polisi yang sedang berpatroli di daerah itu.

Pencuri:
...ya.

Polisi:
Di sana ada tiga rumah yang bentuk dan strukturnya sama. Mengapa kau memilih rumah yang ketiga?

Pencuri:
Ya, itu karena... Sebelum merampok, aku selalu menyamar sebagai petugas pengirim barang dan mengamati rumah yang hendak kujadikan sasaran. Dengan begitu aku dapat mengetahui rumah yang paling mudah dimasuki dan menemukan jalan untuk kabur. Kemarin dulu, ketika sedang mencari-cari rumah untuk dirampok, aku menemukan tiga rumah itu. Aku menyamar. Begitu diperbolehkan masuk, aku mengamati seluruh isi rumah. Di rumah pertama ada begitu banyak bunga di sepanjang jalan masuk sampai di depan pintu. Jadi, aku memutuskan tidak merampoknya.

Polisi:
Mengapa?

Pencuri:
Pengalamanku mengatakan orang yang menyukai bunga cenderung sangat rajin dan jarang tidur. Menggali, menanam, dan memberi pupuk membutuhkan banyak perhatian dan kerja keras. Jadi, aku mengalihkan perhatian ke rumah kedua. Di rumah kedua itu, aku memperhatikan ruang kerjanya. Rak bukunya yang indah penuh buku yang judul-judulnya bahkan tidak kukenal. Jadi, aku memutuskan tidak merampoknya.

Polisi:
Mengapa?

Pencuri:
Pengalamanku mengatakan orang yang membaca banyak buku cenderung berkepribadian tenang dan tertata apik. Mereka mengunci pintu dengan baik, dan kesempatannya kecil bagi perampok seperti aku untuk mendobraknya.

Polisi:
Jadi, tinggal rumah ketiga yang bisa kau jadikan sasaran.

Pencuri:
Bukan itu sebabnya. Jika rumah yang ketiga sama seperti lainnya, aku menyerah dan akan pindah sasaran ke rumah berikutnya. Tetapi rumah yang ketiga berbeda. Ketika mengintip ke dalam rumah, aku melihat sepatu-sepatu berserakan di sana-sini. Pengalamanku mengatakan orang yang tidak peduli mengatur sepatunya biasanya tidak peduli juga untuk mengunci pintu. Jika ada sepuluh pintu, setidaknya ada satu atau dua yang tidak terkunci. Itulah sebabnya aku merampok rumah ketiga. Sayangnya aku tidak beruntung dan tertangkap.


Pesan moral:


Kebiasaan kita dapat mengubah takdir kita.

Burung-burung pagi bisa mendapat cacing-cacing terbaik.

Orang yang rapi dan teratur akan mendapatkan tempat yang leluasa.

Jika kita memiliki tempat luas, tetapi tak dapat menata dan membersihkannya dengan baik, tempat itu akan menjadi kumuh dan padat sehingga kita sulit bergerak.

Jika kita membangun kebiasaan menikmati membaca buku, membersihkan jalan-jalan dan merawat barang-barang yang terkecil pun, maka kebiasaan ini akan membuat kita lebih bahagia di masa depan.




Sumber: Chicken Soup for the Soul, Perjalanan Ajaib.

Tidak ada komentar: